Re: Protein Yuda Dahlan Iskan

Maju terus drh Yuda, mari kita dukung riset2nya

 

Dokter sangat terharu membaca salah satu tulisan wartawan senior Bpk. Dahlan Iskan, mengenai Drh Yuda  peneliti terapi sel di Indonesia, https://disway.id/read/672575/protein-yuda

Ini sesuai dengan anjuran Presiden, Bpk Jokowi  bahwa jika ingin memenangkan pertarungan, jangan mengekor. Buat terobosan baru. Terapi sel (termasuk _stem cell_), menurut dr Boenjamin, adalah terobosan baru dalam bidang pengobatan di dunia. Oleh karena itu, dr Boen, mati-matian mengembangkan terapi sel/_stem cell_ di Indonesia sejak tahun 2006, klik: https://doktererik.com/2006/08/14/press-conference-simposium-stem-cell-harapan-baru-dunia-pengobatan/

Dalam artikel Pak Dahlan yang dipublish tgl. 12 Desember 2022, pkl 4 pagi, diceritakan bahwa Drh Yuda berhasil mengembangkan injeksi protein yang diambil dari placenta manusia, untuk mengobati penyakit- penyakit seperti: diabetes, stroke, saraf,  dan banyak lagi.

Keren kan??

Masalahnya masih ada aturan yang mengganjal dari proses pengobatan ini. Sepengetahuan dokter, di Indonesia, yang bisa menyuntik manusia itu hanya dokter manusia (termasuk drg)  dan perawat manusia.

Untuk itu drh Yuda pernah dinyatakan bersalah karena hal ini (sesuai info yang bisa dibaca pada artikel tersebut). Pasien-pasiennya setelah disuntik sendiri dengan protein produksi drh Yuda, tidak ada yang mati atau sakit koq, begitu pertimbangan hakim sebagai butir yang  bisa meringankan hukuman Drh Yuda.

Dokter ingin sedikit memberi masukan, yang mudah-mudahan bisa menambah pemahaman kita semua. Bahwa ke depan, aturan ini (yang bisa menyuntik manusia hanya dokter/perawat manusia) bisa saja dikoreksi, tentu hal ini dokter serahkan ke Pemerintah & DPR. Tidak ada yang abadi. Apalagi demi kemaslahatan masyarakat. Tapi untuk saat ini, hal tersebut masih belum diijinkan.

(Menulis info dg gaya bercerita adalah salah satu kegemaran Dokter. Tidak heran kalau Dokter mengidolakan Bpk Dahlan Iskan).

*”Harus diapakan orang seperti Yuda ini?”*

Dokter tidak meng_under-estimate_ kepakaran kolega Drh Yuda soal utak-atik sel & protein. Hanya jika Pak Dahlan dalam tulisannya, bertanya, “Harus diapakan orang seperti Yuda ini? ‘
Ijinkan Dokter menyumbang saran. Semoga bisa didiskusikan dan ditindaklanjuti. Biar bagaimana pun, Drh Yuda adalah salah satu aset bangsa yang sangat berharga.

Agar bisa berpraktik sesuai aturan yang ada di Indonesia, Drh Yuda perlu membentuk tim. Di mana dalam tim tersebut ada dokter spesialis sesuai dengan penyakit yang bisa disenbuhkan, seperti Penyakit Dalam, Saraf, dll.
Hal ini umum di dunia terapi sel. Ada dokter operator/klinisi (dokter manusia) dan ada periset (bisa dari disiplin ilmu life science apa saja, tidak harus dokter). Ini juga bisa melindungi Drh Yuda kalau-kalau suatu saat suntikannya mengakibatkan alergi, dll. Protein gitu lho.

Kenapa disebut periset, karena sampai saat ini, terapi sel di Indonesia masih digolongkan sebagai terapi yang sedang dalam penelitian. Setiap terapi, perlu selalu di-evaluasi dan dilaporkan.

Yang kedua, laboratorium tempat pengolahan produk Drh Yuda, harus bisa di- _approved_ oleh Instansi terkait, seperti Kemenkes/BPOM.

Hal ini tentu mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa saja terjadi. Misalnya produk tercemar bahan yang tidak diinginkan  Khususnya di bidang terapi sel, bisa saja efek samping tidak terjadi seketika seperti pada kasus Gagal Ginjal Akut pada anak, tapi terjadi setelah bertahun-tahun kemudian.

Dengan kepakaran drh Yuda dan tim, menurut Dokter,  prosedur-prosesur ini pasti bisa dilalui dengan mudah. Apalagi jika didukung oleh Pemerintah. Bukankan Drh Yuda sedang mengimplementasi anjuran Pak Jokowi?

Jika hal ini bisa dilakukan, Drh Yuda dan tim bisa mengembangkan risetnya secara profesional dan bertanggung jawab sesuai aturan yang ada.

Ayo Dr Yuda, Anda pasti bisa tetap menjalankan riset Anda di Tanah Air. Tetap semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *