Tujuan tulisan Dokter ini, ingin meluruskan beberapa hal salah kaprah dari kasus nyata di bawah, yang sayangnya selain kasus ini, ada juga keluarga pasien yang menginformasikan mengalami hal yang sama. Jadi kasus ini bukanlah satu-satunya.
Begini kisahnya (ditulis kembali) :
Pasien tuan X, mengalami kehilangan kesadaran (?) sekitar 4 hari.
Awalnya (menurut cerita Ibu X), tn X yang sdh setahun cuci darah, seminggu 2x, saat kenaikan berat badan antar HD mencapai 3,8kg, maka ditarik cairan 4.300 ltr dengan putaran QB 350. Kt/v-nya saat itu mencapai 2.
Tensi yang tinggi
Setiap cuci darah, jam pertama tensi kisaran 150/90.
Menginjak jam kedua tensi selalu naik. Dan saat berakhirnya kadang bisa mencapai 200an.
Saat ditarik 4.300 ltr, tensi terakhir 234/114.
Malam harinya pusing dan mual.
Hingga tiba waktu hd berikutnya, masih pusing dan mual
Kemudian kondisi menurun hingga harus dirawat.
Pusing tidak hilang2 Setelah dilakukan ct scan trnyata ada pendarahan otak hingga masuk icu 5 hr dilanjutkan di ruangan, 4 hr. Sekitar 4 hari tidak sadar (ngomong diluar kendali – kayak hilang ingatan).
Sekarang alhamdulillah ingatan sdh pulih tp kondisi masih lemah.. Perut sering merasa panas. Kaki bekas dipasang alat u/ suntikan/infus bengkak bernanah.
Mohon masukan dan arahan dr temen2.
Waktu itu hb 11. Sebelumnya sudah bbrp kali tranfusi. Hingga kami minta disuntikkan ABCD (nama zat besi infus) .
Mengapa kasus ini bisa, terjadi?
Pertama-tama Dokter turut prihatin dengan kondisi ini. Semoga pasien cepat pulih kembali.
Banyak faktor yang bisa, menyebabkan kejadian seperti ini. Dokter coba paparkan salah satu saja.
Dari sisi tenaga medis ada hal yang kurang masuk akal. Yang pertama soal putaran qb yang cukup tinggi meskipun tensinya tinggi.
Ada kejanggalan bahwa ada perawat HD yang mau menyetel putaran mesin setinggi itu tanpa memperhatikan faktor tensi dan jumlah cairan yang ditarik.
Prinsip dalam keperawatan adalah patient safety first. Jika ada pasien yang meminta putaran lebih dari 250 aja, umumnya harus berargumentasi dulu dengan perawat.
Asumsi Dokter, kemungkinan pasien menyetel sendiri putarannya. Memang benar di forum-forum diskusi, banyak pasien lain yang menganjurkan bahwa makin tinggi putaran makin baik. Makin bersih. Hidup lebih nyaman, makan lebih bebas, dst. Juga dalam forum-forum diskusi, antar pasien saling menginformasikan tinggi putaran mesinnya.
Padahal menurut Dokter, sebaiknya cukup adekuasi tercapai, sekitar 1,8 saja. (baca tulisan berikutnya).
Kemungkinan pada kasus seperti ini, pasien lebih mempercayai info dari sesama pasien daripada kepada tenaga kesehatan yang menanganinya.
Apalagi jika ada testimoni dari sesama pasien yang menyatakan, “ini saya mengalami sendiri”.
Dokter tahu bahwa maksud dari pasien yang melakukan sharing tersebut, adalah berhati-hatilah menerima informasi ini karena belum tentu berlaku juga dengan Anda. Sayangnya bisa diartikan pasien, tuh pasien yang lain bisa, kenapa saya tidak bisa?
Apakah anjuran tersebut salah?
Mungkin tidak ada yang salah dengan info2 para senior tapi harus disikapi secara bijaksana. Informasi yang diberikan bersifat spesifik sesuai yg dialami oleh pasien itu sendiri. Sedangkan info dari perawat / dokter Anda adalah spesifik dengan kondisi tubuh Anda yang sewaktu-waktu bisa berubah. Itulah sebabnya kenapa dalam setiap kesempatan Dokter selalu mengatakan, jika ingin menerapkan anjuran dari pasien lain, sebaiknya didiskusikan terlebih dahulu dengan perawat/dokter yang merawat Anda langsung.
Jelas Anda harus lebih mempercayai dokter / perawat yang sudah menerima pelatihan dan mengetahui kondisi Anda saat itu.
Forum diskusi kesehatan jangan disamakan dengan forum diskusi otomotif.
Tulisan selanjutnya, apakah benar makin tinggi putaran QB, makin baik?
Dr. Erik Tapan, MHA
Mendokterkan Internet & memginternet dokter, sejak tahun 1996
Portal Dokter Internet Indonesia, https://DokterErik.com
Responses (2)