Dok, beda ya RS di Malaysia dengan di Indonesia. Kami tidak pernah mendengar kalau mereka ditargetkan agar pasien-pasiennya terutama pasien Indonesia menjadi meningkat jumlahnya.
Jawaban:
Memang benar, dalam tatanan mikro, RS di Malaysia -mungkin- tidak ditargetkan untuk meningkatkan jumlah pasien dari Indonesia. Tapi tahukah Anda bahwa tanpa menetapkan target, TIDAK MUNGKIN jumlah pasien dari Indonesia ke Malaysia akan lebih banyak dari yang ke Singapura hanya dalam kurun waktu 20 – 30 tahun.
Jumlah pasien ini bukan suatu yang sekonyong-konyong, sim sala bim, plok… plok.. tiba-tiba sebagian pasien-pasien yang tadinya berobat ke Singapura beralih ke Malaysia. Ini terjadi karena di-create oleh Pemerintah Malaysia bersama industri RS Internasionalnya. Nama badannya kalau nggak salah, Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC)
Dokter kasih tahu rahasianya
Target meningkatkan jumlah pasien Indonesia melebihi ke Singapura, sudah ditetapkan Pemerintah Malaysia sejak 20 – 30 tahun yang lalu. Dari mana Dokter tahu.
1. Tenaga Marketing dari Pemerintah
Dokter masih ingat, dulu hampir setiap acara Simposium Kedokteran ada perwakilan dari Pemerintah Malaysia (bukan Rumah Sakit, tapi Pemerintah lho) yang membujuk para Dokter Indonesia untuk mau melakukan rujukan ke RS di Malaysia. Dokter pernah nanya, ini dari RS mana? Kami bukan dari RS tapi dari Pemerintah. Waktu itu Dokter bingung koq ada petugas dari Pemerintah yang mau repot2 mengurus pasien RS.
2. Pajak alat Kesehatan & obat nol persen
Selain itu, Pemerintah Malaysia, menghapus pajak bagi alat kesehatan dan obat-obatan agar harga pelayanan RSnya bisa kompetitif dengan pelayanan di Singapura bahkan Indonesia. Waktu itu, meskipun RS Singapura terkenal bagus, tapi biayanya relatif lebih mahal dari Indonesia.
3. Paket Wisata Medis
Pemerintah Malaysia gencar melancarkan promosi paket-paket wisata medis. Sambil berwisata, melakukan medical check up. Siapa tahu ada yang perlu pengobatan lebih lanjut. Tentu dalam hal ini, tempat-tempat wisata di sekitar Rumah Sakit perlu disiapkan dengan baik. Tidak hanya itu, bahkan turis wisata medis memiliki jalur fastlane / khusus di imigrasi bandara.
4. Mempersiapkan tenaga kesehatan yang berkualitas dan standard internasional
Pemerintah Malaysia gencar mengirim mahasiswa/i belajar kedokteran di FK Indonesia seperti UI dan UGM. Selain belajar science kedokteran mau tak mau para calon dokternya pun belajar budaya dan cara mengobati pasien Indonesia. Tak cukup hanya itu, beasiswa juga diberikan Pemerintah Malaysia kepada para dokternya untuk belajar lebih lanjut ke Inggris, Jepang, dll. Agar bisa (minimal) setara dengan teman sejawatnya di Singapura yang waktu itu menjadi kompetitornya.
5. Agensi gratis
Apa yang kira-kira “dianggap” kecil tapi cukup mengganggu pasien-pasien dari Indonesia? Pemerintah Malaysia mengerti bahwa rakyat Indonesia cukup terganggu jika harus mencari transportasi sendiri di negara yang belum dikenal. Di sini peran para agensi Wisata Medis. Cukup hubungi mereka dan mereka akan menyiapkan mulai dari penjemputan, mengatur jadwal konsultasi dengan dokter hingga memgantar kembali ke bandara. Itu semua gratis. Logika saja, apakah menurut Bpk/Ibu, para petugas agensi yang ramah-ramah itu adalah sukarelawan/wati yang bekerja tanpa dibayar?
6. Lain-lain
Dan tentu masih banyak usaha-usaha lainnya yang dilakukan guna memenuhi target tersebut yang belum Dokter ketahui. Dokter akan update kalau sudah dapat info yang umumnya merupakan testimoni pasien-pasien yang pernah berobat ke Malaysia.
Targetnya ada di Pemerintah
Perbedaannya, penanggungjawab pemenuhan target tersebut BUKAN di level Rumah Sakit.
Rumah Sakit dan perangkatnya, cukup berpraktik seprofesional mungkin. Melayani dengan baik, komunikatif, dll. Bahkan (ini sudah sering menjadi keluhan pasien, tapi belum ada yang serius mau menyelesaikannya di Indonesia) jika ada RS yang belum mampu menyediakan obat dengan harga ekonomis, pasien tidak diharuskan menebus resep di dalam Rumah Sakit tersebut. Bisa beli di Apotik sekitar RS. Yang penting bisa memuaskan pasien.
Pokoknya, kata kuncinya, puas-puasin deh pasien-pasien Internasionalnya. Jadikan pasien Indonesia bak raja dan ratu.
Bedanya jika jadi target Rumah Sakit
Tentu bisa berbeda hasilnya jika target peningkatan angka kunjungan RS Internasional hanya diserahkan ke pihak RS.
Ambil contoh saja, jika Dokter ditargetkan meningkatkan jumlah pasien dan pendapatan Rumah Sakit.
Karena keterbatasan / wewenang kerja Dokter, maka Dokter akan melakukan praktek seefisien dan seefektif mungkin. Guna meningkatkan jumlah pasien yang bisa dilayani, durasi konsultasi diperpendek. Obat-obatan dikasih seirit-irit mungkin, termasuk pemeriksaan laboratorium. Ketemu kasus sukar, kirim ke Dokter lain.
Itu baru dari sisi Dokter. Bagaimana jika target ini juga diberikan ke seluruh petugas yang melayani pasien.
Jadi semakin rendah levelnya, akan semakin kasar mainnya sesuai dengan wewenangnya.
Karena meskipun Dokter mau memberikan obat / alkes yang murah ke pasien atau pengen periksa lab yang agak lengkao, tapi Dokter memiliki keterbatasan. Bisa juga Dokter pengen ngobrol lama selama konsultasi, tapi tidak mungkin karena akan mengurangi jumlah pasien, misalnya.
Point yang disampaikan:
1. Malaysia bisa berhasil mengungguli jumlah pasien Indonesia adalah hasil kerja keras dan di-create.
2. Kalau untuk Singapura, kemungkinan itu karena standard pelayanan kesehatan di Singapura yang memang sudah tinggi dibandingkan di Indonesia.
3. Jika Indonesia ingin bersaing, lakukan hal yang sama. Pemerintah harus turut tangan karena tidak akan optimal jika hanya ditargetkan ke masing-masing Rumah Sakit Internasional. Identifikasi hambatan-hambatannya dan cari solusi bersama. Apa yang bisa dikerjakan Pemerintah, apa yang menjadi tugas rumah sakit hingga apa yang menjadi tugas para tenaga kesehatan.
Disclaimer
Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini, bisa menambah sedikit wawasan Bpk/Ibu. Mungkin saja ada yang masih keliru / belum benar. Silakan ditulis di kolom komentar.
Semoga kita sehat selalu.
Adapun yang perlu dipahami:
– Tulisan ini hanya sebagai karya dari seorang Dokter pengamat Perumahan Sakitan.
– Dokter tidak mempunyai kepentingan apapun. Silakan saja, masyarakat Indonesia mau berobat ke RS di Indonesia maupun di luar negeri. Mana yang nyaman aja.
– Bahwa di Indonesia ada oknum, tidak bisa dipungkiri. Tapi lingkungan yang kurang mendukung akan melahirkan layanan yang belum baik juga jika tidak di-solved dari atas.
Semoga bisa dimengerti.
Dr. Erik Tapan, MHA
Web Kesehatan & Perumahansakitan, https://DokterErik.com
Responses (2)