Beberapa hal yang harus jadi pertimbangan dalam melakukan treatment Stemcell

Saat ini di social media kembali menghangat info seorang Dokter Hewan (sebut saja namanya Drh) yang melakukan penyuntikan Stemcell ke manusia.

DR. Dr. Bintang Sp. OT(K) sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Seminar yang mempelajari rekayasa jaringan dan terapi sel (REJASELINDO), sudah pernah memberi tanggapannya, https://doktererik.com/2022/12/22/tanggapan-dr-bintang-rejaselindo/

 

Kali ini Redaksi mengutip tanggapan dari

DR Dr M.Syaifudin, M.Biomed, salah satu Pengurus Pusat Rejaselindo,

 

Sesuai yang dijelaskan DR Dr Bintang, Sp.OT(K) Ketua Rejaselindo, terapi stem cell ini adalah layanan berbasis penelitian.

Jadi hal itu diatur secara normatif, regulatif, dan mempunyai etik kedokteran.

 

Kolega dokter tidak perlu takut melakukan pelayanan ini sesuai bidang keahlian di masing2 spesialis. Yang penting selalu konsultasikan dengan kolegium atau dengan kolega di group Rejaselindo. Nanti akan dibantu dan dijelaskan langkah-langkahnya.

 

Kembali ke isu dokter hewan yang melakukan penyuntikan ke manusia. Pengamatan kami, sebetulnya hal ini jadi lebih rame saat diangkat oleh Bpk Dahlan Iskan. Masyarakat menganggap, beliau (DI) itu mewakili elit/ pemerintah karena pernah menjadi menteri. Sayangnya beliau kurang bisa menempatkan antara etik kedokteran dan bisnis jadilah berisik. Yang jadi korban adalah masyarakat dan dokternya sendiri.

 

Hanya bisa pada penyakit yang belum parah

Kembali mengenai efikasi / kemanjuran hasil penelitian mikroprotein/ secrotome yg disuntikkan itu. Sudah betul memang mikroprotein (secretome), namun Drh lupa prinsip penelitiannya bahwasanya manfaatnya hanya terjadi pada beberapa jaringan/ organ yang relatif belum terlalu parah. Pada organ yang belum terlalu rusak tersebut, bila disuntik/ diberikan mikroprotein maka akan mengaktifkan sel punca / stemcell endogen (diproduksi tubuh sendiri) untuk merangsang proses regenerasi. Misalnya pada pasien prediabetes usia 25-45 th, atau kelainan ginjal CKD derajad 1 – 3.

 

Sedangkan pasien yang berobat ke Drh tersebut umumnya dari berbagai kalangan/keparahan penyakitnya. Ada kelainan yang sudah moderate/ severe dengan komorbid, ditambah usia lanjut. Maka kemungkinan 99% manfaat mikroprotein tsb tidak akan nyata. Itulah pentingnya selektif memilih pasien. Masyarakat pun harus lebih berhati-hati. Pertimbangankan kondisi penyakit yang dideritanya. Yang paling benar adalah berobat ke Dokter Spesialis yang menekuni bidang stemcell.

 

Hati-hati dengan sistem pengolahan sel, pastikan keamanannya

Ada hal menarik lainnya dalam pengobatan Drh ini. Protein yang disuntikan itu, kalau tidak salah warnanya merah. Itu adalah bahan pengolahan sel menjadi mikroprotein yg menggunakan larutan Phenol Red, yang ditulis dlm labelnya sendiri bisa toxic jaringan tubuh.

Nah ada prinsip yang dilewati yaitu mestinya produk tsb diolah dalam fasilitas produksi dengan kelas Lab cGMP yang di Indonesia baru 2 fasilitas bersertifikat BPOM.

(Redaksi pernah mengulas hal ini, https://doktererik.com/2022/12/22/hati-hati-jika-disuntik-non-dokter-ini-risikonya/)

 

Demikian beberapa masukan dari kami untuk para sejawat dan masyarakat umumnya. Bagi kolega Dokter, tetaplah bersemangat untuk melakukan penelitian dalam koridor yang telah ditetapkan. Bagi masyarakat agar lebih berhati-hati lagi. Sekali lagi jika ingin mendapatkan treatment stemcell, berdiskusi dahulu dengan Dokter Anda.

 

Semangat maju

Terima kasih

 

Dr dr M.Syaifudin, M.Biomed

(PP. Rejaselindo)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *