Mau tak mau, saat ini kondisi sudah berubah. Masyarakat sudah lebih mudah mengakses info kesehatan (yang ditulis oleh para dokter juga non dokter). Kemudahan akses tersebut tentu membuat masyarakat jadi lebih tahu dan bisa menebak penyakit dan terapinya meskipun belum tentu benar.
Ada kisah menarik berupa keluhan seorang pasien tentang hasil diagnosis dokter yang dianggap berbeda dengan pengetahuannya.
Pasien: Saya pribadi terkadang heran dengan resep dokter yang terkesan seperti tebak menebak saja. Pernah 2x masuk rumah sakit (dirawat atau poli, tidak dijelaskan, red) tapi obatnya TIDAK sinkron sama sekali dengan kebutuhan penyakit saya. Bahkan saya mencari sendiri resep terkait penyakit saya. Memanglah dokter juga manusia tapi mustinya tanggung jawabnya diutamakan daripada malah lain…
Dokter pun penasaran dan menginvestigasi lebih lanjut.
Dokter: Contohnya seperti apa ya? Sakit apa, dikasih obat apa?
Pasien: Saya ISK (mungkin yang dimaksud Infeksi Saluran Kemih, red) sampai ginjal bengkak. Usia saya 30 tahun, masuk RS pertama penyakit dalam diberi obat prostat malah semakin parah. Balik lagi ke penyakit dalam. Pulang diberi Curcuma, katanya bukan ginjal yang bengkak tapi fatty liver. Padahal hasil pemeriksaan lab darah dan urin sudah juga. Dan USG CT Scan pula.
Akhirnya saya beli Levofloxacin yang harganya 50rb per biji. Baru 2 hari ada semacam gumpalan keluar dari air seni dan sembuh.
Dokter: Kalau boleh tahu, obat prostatnya apa ya?
Pasien: Sudah saya kembalikan ke rumah sakit. Ada nama prostatnya na obat itu.
Tanggapan Dokter Internet:
Melihat diskusi di atas, terus terang Dokter tidak bisa men-judge, diagnosis siapa yang benar, apakah pasien atau dokter penyakit dalam. Namun Dokter perlu jelaskan bahwa pekerjaan seorang dokter memang sejatinya itu menebak. Tentu tebakan itu berdasarkan hasil pendidikan dan pengalamannya. Sebagai seorang spesialis penyakit dalam, pendidikan kedokteran yang telah ditempuh berkisar minimal 10 tahun. Apakah bisa salah, bisa saja namanya juga manusia.
Namun apapun itu, menurut Dokter ada miskomunikasi dalam kasus ini. Sebaiknya seorang Dokter bisa menjelaskan Diagnosis Kerja yang ada dan rencana pengobatannya sehingga bisa membangun rasa kepercayaan pasien. Bukankah dengan terbangun rasa saling percaya, kesembuhan lebih mudah tercapai.
Pentingnya Pojok Informasi Pasien
Dokter ingat saat diundang salah satu RS Singapura sekitar 20 tahun yl. Dokter sempat dijelaskan mengenai suatu ruangan yang namanya Pojok Informasi Pasien (Information Centre), di mana terlihat banyak kursi dan meja serta komputer.
Alangkah baiknya di dalam satu Rumah Sakit bisa disediakan semacam hal itu yang mana ada petugasnya yang senantiasa bisa memberi informasi kepada pasien yang masih kurang jelas. Ingat saat ini masyarakat semakin mudah komplain di media sosial.
Hal ini Dokter pernah lihat di Jakarta Eye Center Menteng, namanya Patient Education Center.
Mari kita tingkatkan layanan kesehatan yang lebih berkualitas kepada para pasien sehingga ke depan, Rumah Sakit di Indonesia bisa menjadi tempat favorit pasien-pasien Indonesia dan luar negeri berobat.