Pasien dan penjenguknya berdasarkan lamanya penyakit
(berdasarkan pengamatan pasien kronis)
Hari Pertama (hingga seminggu) Anda sakit, semua orang datang berkunjung. Saudara/kerabat, tetangga, teman kantor hingga yg memiliki relasi bisnis / pekerjaan dengan Anda.
Semua berharap Anda cepat sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali.
Sebulan kemudian (hingga 2 – 3 bulan), Anda belum sembuh juga, hanya keluarga dekat dan sahabat baik Anda yang menjenguk.
Enam bulan kemudian, tersisa pendamping Anda (suami/istri/anak2) dan yang lain sudah perlahan mulai melupakan eksistensi Anda
Setahun kemudian, tinggal 2 pihak. Yang pertama orang yang sangat mrncintai Anda dan yang kedua Malaikat Pencabut Nyawa. Kedua pihak ini saling berebut, siapa yang bisa memperoleh Anda.
Lima tahun kemudian, malaikat pencabut nyawa menyerah (bisa juga sebaliknya, bisa juga sebaliknya, tapi kalau itu yang terjadi, kisah akan berhenti sampai di sini). Sang malaikat sudah masa bodoh dengan kegigihan orang yang menyayangi Anda. Yang gigih ini umumnya cewek.
Sepuluh tahun kemudian, bibit penyakit sudah mulai bingung, apalagi yang mau diserang. Semua organ sudah kena: ginjal, jantung, paru, hati, usus, mata, hidung, dll. Di mana lagi nih tempat gue, tanya sang penyakit.
Duapuluh tahun kemudian, bahkan bibit penyakit sudah ogah menyerang. Terserah kamu aja deh. Sudah nggak dilirik lagi.
Duapuluh lima tahun kemudian, yang nulis juga bingung, apalagi yang baca.
Intinya, sudah nggak ada yang peduli, mau masuk RS mau keluar, masuk lagi, keluar lagi.
Kalau ketemu orang, ….eh masih hidup ya?
Bahkan meskipun sudah parah, sudah nggak dianggap sakit lagi. Ke RS sdh dianggap staycation aja.
Bagaimana pendapat Anda?
Cerita ini terinspirasi dari keluhan salah satu pasien di forum yang protes, tensinya rendah banget, tapi sama orang sekitarnya sudah tidak menanggapinya sakit sehingga perlu perhatian. Yaialah nggak mungkin diperhatikan lagi kalau sudah bertahun-tahun “sakit” dan nggak sembuh2.